
Sering merasa lelah padahal tidak banyak beraktivitas? Atau batuk yang tak kunjung reda meski sudah minum berbagai jenis obat? Hati-hati, bisa jadi itu bukan sekadar penyakit biasa. Banyak orang tidak menyadari bahwa tubuhnya sedang memberi sinyal adanya infeksi serius, yaitu Tuberkulosis atau TBC. Mengenali 10 gejala awal TBC adalah langkah pertama yang krusial untuk mencegah penyakit ini berkembang menjadi lebih parah dan menularkannya kepada orang-orang tersayang di sekitar kamu.
Mari kita kupas tuntas satu per satu, tanda-tanda yang seringkali tersembunyi di balik keluhan dari penyakit TBC.
Sebelum membahas gejalanya, penting untuk memahami apa itu TBC. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Meskipun paling sering menyerang paru-paru (TBC Paru), bakteri ini juga bisa menginfeksi organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, selaput otak, dan ginjal (dikenal sebagai TBC Ekstra Paru).
Baca Juga: Apa Itu TBC? Penjelasan Umum untuk Masyarakat
Penularan TBC terjadi melalui udara. Ketika seorang penderita TBC aktif batuk, bersin, atau bahkan berbicara, mereka melepaskan percikan dahak (droplet) yang mengandung bakteri ke udara. Orang lain yang menghirup udara yang terkontaminasi ini berisiko terinfeksi. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC akan langsung sakit. Ada kondisi yang disebut TBC Laten, di mana bakteri “tidur” di dalam tubuh dan tidak menimbulkan gejala serta tidak menular. Bakteri ini bisa aktif di kemudian hari jika sistem kekebalan tubuh menurun.
Gejala TBC seringkali muncul perlahan dan tidak spesifik, sehingga mudah disalahartikan sebagai penyakit lain yang lebih ringan. Berikut adalah 10 gejala awal TBC yang perlu kamu waspadai:
Ini adalah gejala paling khas dan utama dari TBC paru. Batuk pada penderita TBC bukanlah batuk biasa. Awalnya mungkin hanya batuk kering, namun seiring waktu bisa menjadi batuk berdahak. Karena berlangsung lama, banyak yang menganggapnya sebagai batuk alergi, bronkitis, atau efek merokok. Jika kamu atau orang terdekat mengalami batuk yang tidak membaik setelah dua hingga tiga minggu, bahkan setelah minum obat batuk, segera curigai TBC sebagai salah satu kemungkinannya.
Seiring perkembangan penyakit, peradangan di paru-paru akibat infeksi bakteri TBC dapat merusak jaringan dan pembuluh darah kecil. Akibatnya, dahak yang dikeluarkan bisa bercampur dengan bercak darah. Meskipun tidak semua penderita TBC mengalami batuk darah, gejala ini merupakan tanda bahaya (red flag) yang menandakan penyakit sudah cukup aktif dan memerlukan perhatian medis sesegera mungkin.
Demam adalah respon alami tubuh saat melawan infeksi. Pada TBC, demam yang terjadi biasanya tidak terlalu tinggi (subfebris), seringkali muncul pada sore atau malam hari, dan bisa hilang dengan sendirinya keesokan paginya. Pola demam yang hilang timbul ini seringkali membuat orang berpikir itu hanya “masuk angin” atau kelelahan biasa, padahal ini adalah cara tubuh memberitahu bahwa ada infeksi kronis yang sedang berlangsung.
Salah satu gejala yang sangat spesifik untuk TBC adalah keringat malam. Penderitanya bisa terbangun dengan kondisi baju dan sprei yang basah oleh keringat, padahal suhu kamar tidak panas dan tidak sedang memakai selimut tebal. Keringat malam ini terjadi karena reaksi sistem imun tubuh terhadap bakteri TBC yang aktif bekerja saat tubuh beristirahat di malam hari.
“Keringat malam yang berlebihan, demam yang tidak bisa dijelaskan, dan penurunan berat badan adalah triad klasik gejala sistemik Tuberkulosis yang harus diwaspadai oleh setiap klinisi dan masyarakat.” – World Health Organization (WHO)
Bakteri TBC memaksa tubuh untuk mengeluarkan energi lebih banyak untuk melawannya. Infeksi ini juga mengganggu metabolisme tubuh dan seringkali menyebabkan hilangnya nafsu makan. Kombinasi dari meningkatnya kebutuhan energi dan menurunnya asupan kalori inilah yang menyebabkan berat badan turun secara drastis dan tidak diinginkan.
Infeksi kronis seperti TBC dapat melepaskan zat-zat kimia dalam tubuh yang disebut sitokin. Sitokin ini dapat mempengaruhi bagian otak yang mengatur nafsu makan, sehingga penderita merasa tidak lapar atau cepat kenyang. Akibatnya, asupan nutrisi berkurang dan mempercepat penurunan berat badan serta melemahkan kondisi tubuh secara umum.
Merasa lelah terus-menerus meskipun sudah cukup tidur adalah gejala umum lainnya. Energi tubuh terkuras habis untuk melawan infeksi bakteri TBC yang tak kunjung usai. Kelelahan ini bisa sangat mengganggu, membuat aktivitas sehari-hari seperti bekerja atau sekolah menjadi sangat berat untuk dilakukan.
Jika infeksi TBC menyebabkan peradangan pada selaput yang melapisi paru-paru (pleura), penderita bisa merasakan nyeri di bagian dada. Rasa sakit ini biasanya tajam dan semakin terasa saat mengambil napas dalam, batuk, atau bersin. Gejala ini menandakan bahwa infeksi sudah mempengaruhi area pleura (pleuritis tuberkulosis).
Pada tahap yang lebih lanjut, kerusakan jaringan paru-paru akibat TBC dapat mengurangi kapasitas paru-paru untuk berfungsi secara normal. Hal ini bisa menyebabkan sesak napas, awalnya hanya saat beraktivitas berat, namun lama kelamaan bisa terjadi bahkan saat sedang istirahat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, TBC tidak hanya menyerang paru-paru. Salah satu lokasi TBC Ekstra Paru yang paling umum adalah kelenjar getah bening (limfadenitis TB), terutama di area leher. Gejalanya berupa munculnya benjolan yang tidak terasa sakit, kenyal, dan bisa membesar seiring waktu. Gejala ini sering disalahartikan sebagai infeksi biasa.
Untuk membantu kamu membedakan antara batuk yang mungkin merupakan gejala TBC dengan batuk biasa akibat flu atau iritasi, perhatikan tabel perbandingan berikut:
Batuk Gejala TBC | Batuk Biasa (Flu/Infeksi Saluran Napas Atas) | |
---|---|---|
Durasi | Berlangsung lama, lebih dari 2-3 minggu, dan tidak membaik. | Biasanya membaik dalam 1-2 minggu. |
Dahak | Bisa disertai dahak (hijau atau kuning), terkadang bercampur darah. | Bisa kering atau berdahak (biasanya bening atau putih). Jarang disertai darah. |
Waktu Terburuk | Cenderung sama atau memburuk seiring waktu, tidak terpengaruh waktu spesifik. | Seringkali memburuk di malam hari atau pagi hari. |
Gejala Penyerta | Keringat malam, demam hilang timbul, penurunan berat badan drastis, lemas. | Hidung tersumbat, bersin, sakit tenggorokan, nyeri otot ringan. |
Respons terhadap Obat | Tidak membaik dengan obat batuk biasa yang dijual bebas. | Umumnya merespon baik terhadap obat batuk atau dekongestan. |
Jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat (puskesmas) jika kamu mengalami:
Ingat, diagnosis dini adalah kunci keberhasilan pengobatan TBC dan mencegah penularan lebih lanjut.
Banyak informasi keliru yang beredar di masyarakat mengenai TBC. Mari luruskan beberapa di antaranya:
Kesimpulan
Tuberkulosis bukanlah penyakit yang bisa dianggap remeh. Gejalanya yang samar di tahap awal seringkali membuat penyakit ini terdeteksi saat sudah dalam kondisi yang lebih parah. Dengan mengenali 10 gejala awal TBC yang telah dibahas—mulai dari batuk persisten, keringat malam, hingga penurunan berat badan—kamu bisa lebih waspada terhadap sinyal yang diberikan oleh tubuhmu sendiri maupun orang-orang di sekitarmu.
Deteksi dini dan pengobatan yang tuntas adalah dua pilar utama dalam memerangi TBC. Jika kamu merasakan gejala-gejala tersebut, jangan ragu untuk segera mencari pertolongan medis. Dengan langkah yang tepat, TBC dapat disembuhkan sepenuhnya, dan rantai penularan dapat kita putuskan bersama demi Indonesia yang lebih sehat.
Daftar Pustaka
Medical Laboratory Technologist | Immunology Enthusiast | Founder of Labmed Indonesia & Sehat Indonesia.com