Diagnosis TBC pada Anak: Tantangan dan Metodenya

Mencari tahu penyebab pasti saat si kecil demam berkepanjangan, berat badan sulit naik, atau batuk yang tak kunjung sembuh seringkali membuat orang tua cemas. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah tuberkulosis atau TBC, namun diagnosis TBC pada anak ternyata jauh lebih kompleks dibandingkan orang dewasa. Gejalanya yang seringkali samar dan tidak khas menjadi tantangan utama, membuat banyak kasus terlambat terdeteksi dan ditangani. Memahami seluk-beluk proses diagnosis ini adalah langkah awal yang krusial bagi setiap orang tua untuk memastikan kesehatan buah hati.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meskipun lebih sering menyerang paru-paru, bakteri ini dapat memengaruhi bagian tubuh lain seperti kelenjar getah bening, selaput otak (meningitis), tulang, dan organ lainnya.

Pada anak-anak, sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna membuat mereka lebih rentan terhadap TBC dan perkembangannya menjadi penyakit yang lebih berat. Oleh karena itu, deteksi dini melalui diagnosis yang tepat adalah kunci untuk pengobatan yang sukses dan mencegah komplikasi berbahaya.

Mengapa Diagnosis TBC pada Anak Begitu Rumit?

Tidak seperti orang dewasa yang bisa dengan mudah mengeluarkan dahak untuk diperiksa, anak-anak menghadapi banyak kendala. Inilah alasan mengapa menegakkan diagnosis TBC pada anak menjadi sebuah tantangan medis yang signifikan:

  • Sifat Paucibacillary: TBC pada anak sering bersifat paucibacillary, artinya jumlah kuman TBC di dalam tubuh mereka sangat sedikit. Hal ini membuat kuman sulit ditemukan bahkan dengan pemeriksaan dahak atau cairan tubuh lainnya.
  • Gejala yang Tidak Spesifik: Gejala TBC pada anak seperti demam, batuk, lesu, dan penurunan berat badan sangat mirip dengan gejala penyakit anak lainnya yang umum, misalnya infeksi virus, pneumonia, atau kekurangan gizi.
  • Kesulitan Pengambilan Sampel Dahak: Anak kecil, terutama di bawah usia 5 tahun, belum bisa mengeluarkan dahak (sputum) secara efektif. Dokter perlu melakukan prosedur khusus seperti bilas lambung (gastric lavage) atau induksi sputum untuk mendapatkan sampel, yang tentu tidak nyaman bagi anak.
  • Gambaran Rontgen yang Beragam: Hasil foto rontgen dada pada anak dengan TBC bisa sangat bervariasi dan kadang menyerupai gambaran penyakit paru lainnya, sehingga membutuhkan interpretasi oleh radiolog yang berpengalaman.
  • Ketergantungan pada Riwayat Kontak: Seringkali, petunjuk awal adanya TBC pada anak justru datang dari riwayat kontak erat dengan penderita TBC dewasa yang aktif. Jika riwayat ini tidak diketahui, diagnosis bisa menjadi lebih sulit.

Mengenali Gejala Awal TBC pada Anak

Meskipun gejalanya tidak spesifik, orang tua perlu waspada jika anak menunjukkan kombinasi dari beberapa gejala berikut, terutama jika berlangsung dalam beberapa minggu:

  • Berat Badan Turun atau Gagal Tumbuh: Berat badan anak tidak naik dalam 2-3 bulan terakhir atau bahkan cenderung turun, padahal asupan nutrisinya cukup.
  • Demam Lama Tanpa Sebab Jelas: Demam yang tidak terlalu tinggi (sumeng-sumeng) berlangsung lebih dari 2 minggu, terutama di sore dan malam hari, dan hilang timbul.
  • Batuk Kronis: Batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu, yang tidak membaik dengan pengobatan standar untuk batuk biasa.
  • Lesu dan Tidak Aktif: Anak tampak tidak bersemangat, kurang aktif bermain, dan lebih rewel dari biasanya.
  • Pembengkakan Kelenjar Getah Bening: Muncul benjolan di leher, ketiak, atau lipat paha yang tidak nyeri dan berjumlah lebih dari satu. Kondisi ini disebut limfadenitis TB.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa kegagalan untuk mendiagnosis dan mengobati TBC pada anak secara tepat waktu tidak hanya berisiko menyebabkan penyakit parah dan kematian, tetapi juga berkontribusi pada penularan TBC di komunitas.

Langkah-langkah Diagnosis, Dari Anamnesis hingga Tes Lanjutan

Karena berbagai tantangan tersebut, dokter tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis pemeriksaan. Diagnosis TBC pada anak dilakukan melalui pendekatan komprehensif yang menggabungkan beberapa metode.

1. Anamnesis (Wawancara Medis) dan Pemeriksaan Fisik

Tahap ini adalah fondasi dari seluruh proses diagnosis. Dokter akan menanyakan secara detail mengenai:

  • Riwayat Kontak: Apakah ada anggota keluarga atau orang terdekat yang pernah atau sedang menderita TBC? Ini adalah informasi paling penting.
  • Riwayat Gejala: Kapan gejala mulai muncul, seberapa parah, dan apa saja yang sudah dilakukan.
  • Riwayat Imunisasi BCG: Apakah anak sudah mendapatkan imunisasi BCG? Adanya bekas luka (skar) BCG bisa menjadi salah satu pertimbangan.
  • Kondisi Gizi dan Tumbuh Kembang: Dokter akan memplot berat dan tinggi badan anak pada kurva pertumbuhan.

Saat pemeriksaan fisik, dokter akan mencari tanda-tanda seperti status gizi, pembesaran kelenjar getah bening, atau kelainan saat memeriksa paru-paru dengan stetoskop.

2. Sistem Skoring TB Anak

Di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan penggunaan sistem skoring untuk membantu menegakkan diagnosis TBC. Sistem ini memberikan skor pada setiap parameter. Anak dianggap suspek TBC jika total skornya mencapai ≥ 6.

Skoring TB Anak (IDAI)
Parameter Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3
Kontak TBC Tidak jelas Laporan keluarga, BTA (-) atau tidak tahu BTA (+)
Uji Tuberkulin (Mantoux) Negatif Positif (≥10 mm atau ≥5 mm pada kondisi imunosupresi)
Berat Badan/Keadaan Gizi BB/TB <90% atau BB/U <80% Klinis gizi buruk atau BB/TB <70% atau BB/U <60%
Demam tanpa sebab jelas ≥ 2 minggu
Batuk kronis ≥ 3 minggu
Pembesaran kelenjar limfe ≥ 1 cm, > 1 kelenjar, tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi Ada pembengkakan
Foto Rontgen Dada Normal Gambaran sugestif TBC (pembesaran hilus/paratrakeal, atelektasis)

Catatan: Diagnosis dengan skor ≥ 6 masih bersifat dugaan (presumtif). Dokter tetap akan mengupayakan konfirmasi dengan pemeriksaan lain jika memungkinkan.

3. Uji Tuberkulin (Tes Mantoux)

Tes Mantoux adalah salah satu alat bantu diagnosis yang paling umum. Sejumlah kecil cairan yang mengandung protein kuman TBC (tuberkulin PPD) disuntikkan ke dalam kulit lengan bawah. Setelah 48-72 jam, dokter atau petugas kesehatan akan mengukur diameter benjolan (indurasi) yang muncul.

  • Hasil Positif: Menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh anak pernah terpapar kuman TBC. Namun, ini tidak selalu berarti anak sedang sakit TBC aktif. Bisa jadi itu adalah infeksi TBC laten atau reaksi karena imunisasi BCG.
  • Hasil Negatif: Umumnya berarti tidak ada paparan TBC, namun pada anak dengan gizi sangat buruk atau kondisi imunokompromais (misalnya HIV), hasilnya bisa negatif palsu.

4. Tes IGRA (Interferon-Gamma Release Assay)

IGRA adalah tes darah yang lebih modern untuk mendeteksi respons imun terhadap TBC. Keunggulannya adalah tidak dipengaruhi oleh imunisasi BCG, sehingga lebih spesifik. Namun, tes ini lebih mahal dan belum tersedia di semua fasilitas kesehatan.

Perbandingan Tes Mantoux vs. Tes IGRA
Fitur Tes Mantoux (Uji Tuberkulin) Tes IGRA
Metode Suntikan intrakutan (di dalam kulit) Pengambilan sampel darah
Kunjungan Membutuhkan 2 kali kunjungan (suntik dan baca hasil) Cukup 1 kali kunjungan
Hasil Dipengaruhi Vaksin BCG Ya, bisa memberikan hasil positif palsu Tidak
Objektivitas Hasil Subjektif, tergantung keahlian pembaca Objektif, hasil dari laboratorium
Ketersediaan Luas dan lebih terjangkau Terbatas dan lebih mahal

5. Pemeriksaan Bakteriologis (Upaya Menemukan Kuman)

Ini adalah standar emas (gold standard) dalam diagnosis TBC, yaitu menemukan langsung bakteri M. tuberculosis. Pada anak, metodenya antara lain:

  • Tes Cepat Molekuler (TCM) / GeneXpert: Metode ini sangat direkomendasikan karena cepat (hasil dalam 2 jam) dan akurat. TCM dapat mendeteksi materi genetik (DNA) kuman TBC sekaligus melihat apakah kuman tersebut sudah kebal terhadap obat Rifampisin. Sampel bisa berasal dari dahak, bilasan lambung, atau cairan tubuh lain.
  • Pemeriksaan Mikroskopis BTA (Bakteri Tahan Asam): Pemeriksaan dahak di bawah mikroskop. Sensitivitasnya pada anak cukup rendah karena jumlah kuman yang sedikit.
  • Kultur (Biakan): Kuman dari sampel ditumbuhkan di laboratorium. Ini adalah metode paling sensitif, tapi hasilnya sangat lama (bisa 4-8 minggu).

6. Pemeriksaan Radiologis (Foto Rontgen Dada)

Foto rontgen dada hampir selalu dilakukan pada anak dengan kecurigaan TBC paru. Gambaran yang khas pada anak adalah pembesaran kelenjar getah bening di area hilus (dekat percabangan saluran napas) dan gambaran seperti flek atau bercak (infiltrat).

Gambaran foto rontgen dada anak dengan TBC
Gambaran foto rontgen dada anak dengan TBC

Contoh gambaran rontgen dada pada anak dengan TBC yang menunjukkan pembesaran kelenjar hilus.

Membedakan TBC Laten dan TBC Aktif pada Anak

Penting untuk kamu pahami bahwa terinfeksi kuman TBC tidak sama dengan sakit TBC. Tes Mantoux atau IGRA yang positif hanya menandakan adanya infeksi.

Perbedaan Infeksi TBC Laten dan Sakit TBC Aktif
Karakteristik Infeksi TBC Laten Sakit TBC Aktif
Keberadaan Kuman Kuman ada dalam tubuh, tetapi dalam kondisi “tidur” (dorman) Kuman aktif berkembang biak dan menyebabkan kerusakan organ
Gejala Tidak ada gejala sama sekali Ada gejala (demam, batuk, berat badan turun, dll.)
Menular Tidak menular ke orang lain Berpotensi menular (terutama TBC paru dewasa)
Tes Mantoux/IGRA Hasil positif Hasil positif
Rontgen Dada Umumnya normal Biasanya menunjukkan kelainan
Penanganan Diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) Diberikan pengobatan TBC lengkap (minimal 6 bulan)

Untuk pemahaman yang lebih visual, kamu bisa menyimak penjelasan dari ahli mengenai tuberkulosis pada anak. Video edukasi dari RS Premier Jatinegara ini memberikan wawasan yang sangat bermanfaat bagi orang tua.

Kesimpulan

Diagnosis TBC pada anak memang merupakan sebuah proses yang penuh tantangan dan membutuhkan pendekatan berlapis. Tidak ada satu tes tunggal yang bisa langsung memberikan jawaban pasti. Dokter akan menggabungkan informasi dari riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, sistem skoring, tes tuberkulin, hingga pemeriksaan penunjang seperti rontgen dan TCM untuk menyusun kepingan-kepingan puzzle diagnosis.

Sebagai orang tua, peranmu sangatlah vital. Jangan pernah meremehkan gejala seperti berat badan yang tidak naik, demam lama, atau batuk kronis. Segera konsultasikan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat jika kamu memiliki kekhawatiran. Dengan deteksi dini dan diagnosis yang tepat, TBC pada anak dapat diobati hingga tuntas, memungkinkan mereka untuk tumbuh dan berkembang secara optimal seperti anak-anak sehat lainnya.

Daftar Pustaka

  • American Thoracic Society, & Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2000). Diagnostic standards and classification of tuberculosis in adults and children. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 161(4 Pt 1), 1376–1395. https://doi.org/10.1164/ajrccm.161.4.16141
  • Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2017). Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
  • Perez-Velez, C. M., & Marais, B. J. (2012). Tuberculosis in children. The New England Journal of Medicine, 367(4), 348–361. https://doi.org/10.1056/NEJMra1008049
  • World Health Organization. (2022). WHO consolidated guidelines on tuberculosis. Module 5: Management of tuberculosis in children and adolescents. World Health Organization.
5/5 - (2 votes)

Medical Laboratory Technologist | Immunology Enthusiast | Founder of Labmed Indonesia & Sehat Indonesia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sangat Direkomendasikan