
Pernahkah kamu atau kerabatmu mengalami gejala batuk terus-menerus lebih dari dua minggu, demam, dan keringat malam, namun hasil tes dahak BTA (Bakteri Tahan Asam) dinyatakan negatif? Situasi ini seringkali membingungkan dan membuat khawatir. Di sinilah pemeriksaan kultur bakteri TBC memegang peranan krusial sebagai metode diagnosis paling akurat untuk memastikan ada atau tidaknya infeksi tuberkulosis. Tes ini bukan sekadar pemeriksaan lanjutan, melainkan standar emas (gold standard) yang menjadi penentu dalam penegakan diagnosis dan strategi pengobatan TBC yang paling efektif.
Memahami kapan dan mengapa tes kultur ini diperlukan adalah langkah awal yang penting bagi pasien dan keluarga untuk mendapatkan penanganan yang tepat, terutama dalam menghadapi tantangan tuberkulosis yang semakin kompleks, termasuk kasus TBC Resisten Obat (TB-RO).
Sebelum membahas lebih dalam tentang kultur, mari kita segarkan kembali ingatan tentang TBC. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini paling sering menyerang paru-paru (TBC Paru), tetapi juga dapat menyerang organ lain seperti kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, dan ginjal (TBC Ekstra Paru).
Diagnosis dini dan pengobatan yang tuntas adalah kunci untuk sembuh dari TBC dan memutus rantai penularan. Namun, mendiagnosisnya tidak selalu mudah, terutama pada kasus dengan jumlah bakteri yang sedikit.
Kultur bakteri TBC adalah sebuah prosedur laboratorium untuk menumbuhkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dari sampel biologis pasien (paling sering dahak, tapi bisa juga dari cairan pleura, urine, atau jaringan tubuh lain). Sampel ini diletakkan pada sebuah media khusus yang kaya akan nutrisi, kemudian diinkubasi dalam suhu dan kondisi tertentu selama beberapa minggu.
Jika dalam sampel tersebut terdapat bakteri TBC yang hidup, maka bakteri tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat diidentifikasi oleh para ahli di laboratorium. Proses “menumbuhkan” inilah yang disebut sebagai kultur. Karena prosesnya yang membutuhkan pertumbuhan bakteri secara langsung, metode ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi.
Meskipun ada tes yang lebih cepat seperti Tes Cepat Molekuler (TCM), kultur TBC tetap dianggap sebagai gold standard karena beberapa alasan fundamental:
Dokter tidak merekomendasikan pemeriksaan kultur TBC untuk semua pasien yang dicurigai TBC. Tes ini umumnya diperlukan pada kondisi-kondisi spesifik berikut:
“Kultur tetap menjadi pilar utama dalam diagnosis TBC, terutama untuk kasus yang sulit dan untuk memandu terapi pada TBC Resisten Obat. Keakuratannya memberikan kepastian yang tidak dapat ditawarkan oleh metode lain, meskipun membutuhkan waktu lebih lama.”
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, mari kita bandingkan tiga metode utama diagnosis TBC paru dalam tabel berikut.
Parameter | Pemeriksaan Mikroskopis BTA | Tes Cepat Molekuler (TCM/GeneXpert) | Kultur Bakteri TBC |
---|---|---|---|
Tujuan Utama | Skrining awal, deteksi cepat kasus paling menular. | Diagnosis cepat TBC dan deteksi resistensi terhadap obat Rifampisin. | Konfirmasi diagnosis, mendeteksi bakteri dalam jumlah sedikit, dasar untuk Uji Kepekaan Obat lengkap. |
Waktu Hasil | Beberapa jam hingga 1 hari. | Sekitar 2 jam. | Lama (2 – 8 minggu). |
Sensitivitas | Rendah (Butuh 5.000-10.000 bakteri/ml). | Tinggi (Butuh sekitar 130 bakteri/ml). | Sangat Tinggi (Butuh 10-100 bakteri/ml). |
Deteksi Resistensi Obat | Tidak bisa. | Bisa, terbatas pada Rifampisin. | Bisa, untuk semua OAT lini pertama dan kedua (standar emas). |
Biaya | Sangat murah. | Relatif mahal, namun sering disubsidi pemerintah. | Mahal dan butuh laboratorium canggih. |
Ada dua jenis utama media yang digunakan dalam proses kultur bakteri TBC, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya:
Ini adalah metode tradisional. Contoh yang paling terkenal adalah media Lowenstein-Jensen (LJ) yang berbasis telur dan berwarna hijau. Bakteri TBC yang tumbuh di media ini akan membentuk koloni berwarna krem yang khas.
Metode ini lebih modern dan menggunakan kaldu cair dalam tabung khusus, seperti sistem MGIT (Mycobacteria Growth Indicator Tube). Pertumbuhan bakteri dideteksi secara otomatis oleh mesin berdasarkan konsumsi oksigen yang menghasilkan pendaran fluoresen.
Jika dokter merekomendasikan tes ini, berikut adalah gambaran proses yang akan kamu lalui:
Saat ini, program penanggulangan TBC nasional banyak mengandalkan TCM (GeneXpert) sebagai alat diagnosis utama karena kecepatannya. TCM merevolusi diagnosis TBC dengan memberikan hasil dalam 2 jam, sekaligus mendeteksi resistensi terhadap Rifampisin, obat TBC paling penting.
Lalu, apakah kultur masih relevan? Jawabannya adalah, sangat relevan. Peran kultur kini menjadi lebih spesifik. Ketika hasil TCM menunjukkan adanya resistensi Rifampisin (RR), pasien akan dirujuk untuk pemeriksaan kultur dan Uji Kepekaan Obat lini pertama dan kedua. Tes ini diperlukan untuk menentukan rejimen pengobatan TB-RO yang lengkap dan tepat, karena resistensi seringkali tidak hanya terjadi pada satu jenis obat.
Beberapa pertanyaan sudah dihimpun, antara lain:
1. Apakah proses pengambilan sampel untuk kultur menyakitkan?
Tidak. Proses yang paling umum adalah mengeluarkan dahak, yang mungkin terasa tidak nyaman tetapi tidak menyakitkan. Jika sampel diambil dari organ lain (misalnya biopsi kelenjar), mungkin akan ada sedikit rasa sakit yang bisa diatasi dengan anestesi lokal.
2. Berapa lama saya harus menunggu hasil kultur TBC?
Hasil awal dari media cair bisa didapat dalam 2-3 minggu. Untuk media padat, bisa memakan waktu hingga 8 minggu. Jika dilanjutkan dengan Uji Kepekaan Obat, akan dibutuhkan waktu tambahan beberapa minggu lagi.
3. Apakah hasil kultur negatif berarti saya pasti tidak menderita TBC?
Meskipun sensitivitasnya sangat tinggi, hasil kultur negatif tidak 100% menyingkirkan kemungkinan TBC. Pada kasus yang sangat jarang terjadi atau jika kualitas sampel kurang baik, hasilnya bisa negatif palsu. Dokter akan selalu mencocokkan hasil laboratorium dengan kondisi klinis dan hasil rontgen kamu.
4. Apakah biaya kultur TBC ditanggung oleh pemerintah?
Di banyak fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas, RSUD), pemeriksaan TBC termasuk TCM dan kultur (terutama untuk suspek TB-RO) merupakan bagian dari program nasional dan biayanya ditanggung oleh pemerintah. Namun, kebijakan dapat bervariasi, jadi sebaiknya konfirmasikan terlebih dahulu di faskes tempat kamu berobat.
Kultur bakteri TBC adalah alat diagnostik yang tak tergantikan dalam armamentarium melawan tuberkulosis. Meskipun prosesnya lambat, kemampuannya untuk memberikan konfirmasi diagnosis yang definitif, terutama pada kasus BTA negatif, dan perannya yang sentral dalam mengidentifikasi pola resistensi obat, menjadikannya pilar fundamental dalam penatalaksanaan TBC yang komprehensif dan efektif. Bagi pasien, memahami fungsi tes ini berarti memahami langkah penting menuju pengobatan yang tepat sasaran dan kesembuhan total.
Daftar Pustaka
Medical Laboratory Technologist | Immunology Enthusiast | Founder of Labmed Indonesia & Sehat Indonesia.com